Perposan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Kerajaan
Majapahit , Sriwijaya, dan Tarumanegara dalam bentuk tertulis atau surat
menyurat. Huruf yang digunakan adalah huruf Palawa yang menjadi aksara Jawa di
kemudian hari. Surat-surat beredar di kalangan biarawan dan bangsawan seiring
dengan masuknya Hindu dan Buddha di Indonesia. Pada waktu itu surat dibuat
mengunakan batu, kayu, maupun kertas. Kertas di sini merujuk kepada bahan-bahan
seperti kulit bambu yang diiris tipis-tipis dan menggunakan daun lontar.
Lalu, kedatangan Belanda di Indonesia juga turut memengaruhi
perkembangan surat-menyurat di Indonesia. Pada tahun 1596, Datanglah Cornelis
de Houtman yang membawa surat bagi raja-raja di Jakarta dan Banten. Pada waktu
itu, surat yang beredar hanya ditujukan bagi pejabat resmi dan tidak mengandung
pemberitaan tentang kompeni di Indonesia. Selain itu, pada saat itu pula,
layanan pos walaupun sudah cukup maju, masih belum mencapai tahap teratur;
masih tergantung pada kapal kompeni yang berlayar dari pulau ke pulau.
Akhirnya, pada 26 Agustus 1746 dibangunlah kantor pos resmi pertama di Jakarta
oleh Gubernur Jenderal G.W. Baron van Inhoff. Tujuan dibangunnya kantor pos ini
untuk memfasilitasi dan menjamin keamaaan suarat-surat yang dikirim khususnya
bagi mereka yang di luar Pulau Jawa.
Pada masa pemerintahan Daendels dibangun jalan raya pos
Anyer-Panarukan pada 1809 yang diselesaikan dalam satu tahun. Jalan ini
terbetang sepanjang pantai utara Jawa Barat hingga Jawa Timur . Pembangunan ini
terinspirasi dengan pembangunan jalan pos di Kekaisaran Romawi dengan nama
Cursus Publicus. Dalam perjalanannya, terjadi berbagai
perkembangan-perkembangan kecil seperti adanya tarif untuk pos yang melintasi
laut. Pada masa pemerintahan Jepang, sempat dikenal pula Dinas Tabungan Pos
untuk pengerahan uang bagi keperluan militer Jepang.
Setelah merdeka, terjadi pengambilalihan Jawatan Pos
Telegraf dan Telpon (PTT) dari tangan jepang hingga akhirnya pada 27 Desember
1945 berhasil dikuasai. Hari itu kemudian diperingati sebagai Hari Bakti
Postel. Sejak saat itu, banyak terjadi perombakan sistem pos yang ada, termasuk
perluasan-perluasan wilayah mencakup daearah-daerah yang sulit dijangkau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar